Jembatan Gemblung di Sleman, Yogyakarta Laris untuk Lokasi Pemotretan

Wisata Jogja menawarkan obyek yang beraneka macam. Ulasan berikut ini bisa menjadi perbendaharaan tempat wisata Anda ketika berkunjung di Jogja.

Menurut sumber setempat Jembatan Gemblung dibangun atau dibuat pada zaman kumpeni Belanda masih bercokol di Indonesia. Kalau dihitung-hitung mungkin usianya sekitar 63 tahun atau lebih.
Jembatan berfungsi menghubungkan dua wilayah atau dua tempat yang terpisahkan oleh sesuatu.
Ada jembatan yang dibuat dengan sangat sederhana, misalnya hanya dengan membentangkan bambu atau atu di atas sebuah sungai, lembah, jurang, celah, selokan, got, dan seterusnya. Namun ada juga yang dibuat atau dibangun dengan konstruksi dan perhitungan yang rumit. Bukan pula hanya membentang di atas sungai atau jurang, namum juga lautan dan lembah yang demikian panjang atau lebar.
Ada jembatan tua dan juga ada pula yang berusia muda. Jembatan-jembatan tua mungkin menyuguhkan keunikan karena konstruksinya, keawetannya, atau justru karena memang presentasinya yang tua menyebabkannya menjadi langka.
Jembatan di Dusun Sumber Kidul, Kalitirto, Berbah, Sleman, yang lebih dikenal dengan nama Jembatan Gemblung, menyuguhkan kerentaan, kereyotan, dan “keriput”. Menurut sumber setempat Jembatan Gemblung dibangun atau dibuat pada zaman kumpeni Belanda masih bercokol di Indonesia. Kalau dihitung-hitung mungkin usianya sekitar 63 tahun atau lebih.
Usianya yang cukup tua ini ditunjang dengan ketiadaan perawatan, plus dengan digantikannya perannya oleh jembatan baru di sisi utaranya, membuat jembatan ini merana. Keterlantaran dan ketuaannya mungkin memang telah menjadi garis nasibnya. Ketuaannya bisa dibuktikan dengan konstruksinya yang mulai kelihatan tidak proporsional. 

Bisa dikatakan semua besi yang menjadi unsur pembentuk utama konstruksinya telah aus atau berkarat. Selain itu, banyak pula besi yang strukturnya mulai bengkok dan menempati posisi yang sudah tidak semestinya.
Bahkan balok-alok kayu yang ditumpangkan di atas bentangan bajanya sudah banyak yang tidak kelihatan karena tertimbun tanah. Tanah itu sendiri kini telah ditumbuhi rerumputan yang cukup lebat dan tinggi.
Sosok Jembatan Gemblung ini akhirnya menyuguhkan tampilan yang unik. Rumput yang menyelimuti permukaan balok kayu yang menjadi jalan utama kendaraan dan manusia seperti menjadi hamparan permadani berwarna hijau.
Sosoknya yang “alamiah” seperti itulah yang menjadikan Jembatan Gemblung menarik perhatian banyak orang. Kaum remaja pun banyak yang menyukai jembatan dan alam sekitarnya itu untuk digunakan sebagai setting foto mereka. Selain itu pasangan-pasangan banyak yang tertarik dengan Jembatan Gemblung ini untuk lokasi pemotretan pre-wedding mereka.
Bentang jembatan di atas Sungai Opak dengan lingkungan alam yang kelihatan hijau, liar, dan alamiah ini mungkin dalam frame foto akan memunculkan kesan romantisme dan kemesraan yang lebih mendalam. Memunculkan nuansa yang tidak dibuat-buat. Derasnya air Sungai Opak di bawah jembatan yang juga sering menjadi obyek bidik kamera juga memunculkan kesan keliaran dan alami. 
Tidak ada yang tahu dengan persis mengapa jembatan tua ini dinamakan Jembatan Gemblung yang bisa diartikan sebagai setengah gila, agak miring, atau bahkan menggila. Namun ada informasi dari penduduk setempat bahwa nama itu ada karena di sisi barat jembatan terdapat kompleks makam yang sering dinamakan Makam Gemblung.
Makam Gemblung ini konon sering dipakai untuk tirakatan orang yang memiliki ujub (harapan) tertentu. Makam tersebut pernah sangat ramai oleh kunjungan para petirakat di zaman maraknya undian SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) di tahun-tahun 1980-an.
Orang-orang yang berlaku demikian ini sering diejek sebagai gemblung. Oleh karena itu, makam tersebut disebut sebagai Makam Gemblung. Jembatan di sisi timur makam pun kemudian dinamakan Jembatan Gemblung.
Jembatan gemblung memiliki ukuran lebar sekitar 1 m dan panjang sekitar 15 m. Di sisi utara jembatan ini telah dibangun jembatan baru dari beton dengan konstruksi dan kapasitas yang lebih memadai. Jadilah Jembatan Gemblung menunggu nasib. (A. Sartono: Tembi.net)


Post a Comment

0 Comments